Benda ini sederhana namun sangat fungsional untuk menjadi tameng bagi kita dari teriknya panas matahari. Nyatanya benda ini telah ada hampir 4000 tahun yang lalu untuk fungsi tersebut. Menilik dari sejarahnya, benda ini pertama kali di produksi di Baltimore, Maryland pada 1928.
Pada awal kemunculannya benda ini digunakan hanya untuk menahan cahaya matahari oleh karenanya di sebut sebagai Parasol atau kita lebih mengenal sebagai Payung. Pada abad ke-16 keberadaan dan popularitas benda ini semakin meningkat, bahkan payung ini menjadi trend sebagai teman jalan para pri di Inggris kala itu. Pada awal kemunculannya di kawasan Eropa, payung dibuat dari kayu atau tulang ikan paus dan ditutup sejenis kain kanvas yang telah di lapisi minyak.
Seiring bertambahnya waktu payung pun mengalami perubahan dengan penambahan rangka serta beragam jenis hiasan dan lukisan gambar. Kita sebagai Bangsa Indonesia patut bangga dengan salah satu warisan budaya payung geulis kerajinan tangan warga Tasikmalaya. Nah, untuk lebih mengenalkan para siswa dengan salah satu kerajinan tersebut dan betapa fungsionalnya payung kepada siswa, SD An Nisaa’ menggelar kegiatan Workshop melukis payung yang diikuti oleh para siswa kelas 3 pada 17 Februari 2022. Para siswa dibekali media seperti payung kertas, cat acrylic yang telah di ambil ke sekolah beberapa hari sebelumnya oleh siswa. Meskipun kegiatan dilakukan secara virtual kegiatan dapat berjalan dan diikuti dengan baik oleh para siswa. Melalui kegiatan ini diharapkan para siswa dapat melatih motorik halusnya dan menumbuhkan rasa sabar dan tekun serta lebih mencintai budaya tradisional yang dimiliki bangsa.